Sore, mendung, udara terasa panas lembab, membuat badan berpeluh. Sore itu saya dan beberapa teman berdiri di terminal di salah satu sudut di Bandung coret, menunggu bis ke Bandung. Baju katun saya terasa lengket, beraroma debu + knalpot kendaraan + minyak panas dari pengorengan para pedagang di sekitar terminal.
Sambil menunggu bis kami sibuk jajan. Teman saya menyodorkan kantung gorengannya ke saya: “ayo ngopi-ngopi“. Sambil tertawa melihat ekspresi muka saya dia dan teman-teman lainnya menambahkan:”disini ngopi bukan minum kopi, tapi ngemil, makan jajanan…”
ooohhh……begitu. Jadi sore itu ngopi di terminal menunya adalah onde-onde super mini, pisang molen super mini dan pukis. Informasi tambahan, katanya saya patut mencoba lumpia basah dan tahu sumedang yang dijual disekitar situ juga.
Bis yang kami tunggu akhirnya datang, maka acara ngopi diteruskan di dalam bis tanpa AC yang penuh itu. Masih belum cukup ternyata, maka setelah turun dari bis kami menuju tempat penjual cireng di emperan sebuah sekolah yang kata teman saya cukup kondang. Penjual cirengnya yang terkenal maksudnya. Maka kami memesan cireng isi keju, sosis pedas, dan bakso pedas dan menikmatinya di sana sambil berdiri di tenda sempit berhimpitan dengan pembeli lainnya.
Ini ngopi atau makan malam sih?
Gambar kartu pos: krupuk mie putih, bisa buat ngopi juga…
Kartu pos dari bibi Selalu Pergi 